5 Resep Minuman Segar dan Unik Untuk Sajian Berbuka Puasa
Novel karya Marah Roesli berjudul
Sitti Nurbaya ini dapat dikatakan sebagai novel sastra yang mengandung
nilai-nilai kesejarahan. Hal ini seperti yang tergambar dalam beberapa bait
yang dikemukakan oleh pengarang pada tiap-tiap tokoh dalam novel tersebut.
Novel ini pun diyakini lahir sebagai bentuk perlawanan masyarakat pribumi
terhadap kekejaman kolonial Belanda. Pemerintah Belanda secara sepihak telah berlaku
sewenang-wenang dalam menerapkan pajak baru yang dikenal dengan sebutan belasting.
Pajak belasting adalah pajak harta benda atau uang hasil usaha dalam
setahun yang harus dibayarkan oleh setiap penduduk Tanah Minang kepada kompeni.
Penduduk Minang tentu merasa keberatan dengan adanya pajak tersebut. Terlebih
lagi, sebelum diterapkannya pajak belasting, kompeni telah menarik pajak
uang rodi dan pajak-pajak lain dengan jumlah yang tidak sedikit. Maka dari itu,
kendati Belanda meyakinkan masyarakat Minang bahwa pemasukan uang hasil pajak belasting
akan diperuntukkan bagi mereka sendiri. Namun, banyak yang tidak mempercayai akan
hal tersebut hingga berujung pada bersatunya masyarakat Minang untuk melakukan
perlawanan terhadap Pemerintah Belanda.
Selanjutnya, selain disuguhkan masalah percintaan pemuda Minang, adat istiadatnya, hingga kawin paksa. Dalam novel ini, pengarang menuliskan cerita tentang sebuah konflik antara masyarakat Minang dengan Belanda. Satu diantaranya ialah tergambar pada sosok Datuk Meringgih. Datuk Meringgih adalah salah seorang tokoh yang berpengaruh dalam menumbuhkan semangat masyarakat Minang untuk menentang pajak dan melakukan perlawanan terhadap Belanda. Sementara di pihak lain, tokoh SamsulBahri dimunculkan sebagai tokoh yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, namun dikemas apik seakan-akan ia telah melupakan negerinya sendiri dan berpihak kepada Belanda.
Bagaimana menurut pembaca semua? Apakah novel ini layak dinyatakan sebagai novel sastra terbaik?
Komentar
Posting Komentar