5 Resep Minuman Segar dan Unik Untuk Sajian Berbuka Puasa

Gambar
Bulan Ramadhan menjadi  momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam untuk memperbanyak ibadah .  Adanya kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, menjadikan puasa sebagai salah satu aktivitas penting seorang muslim selama Ramadhan nanti. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan kegiatan lain yang dapat membatalkan puasa dimulai ketika matahari terbit di waktu fajar hingga matahari terbenam.  Menahan  lapar dan dahaga  saat berpuasa  seharusnya tidak lagi menjadi kendala bagi  umat Islam .  Agar tidak bosan menunggu waktu berbuka, coba l akukan aktivitas yang bermanfaat  ketika sedang b erpuasa. M enyiapkan sajian berbuka puasa, misalnya. Ya, meski tidur  dalam keadaan sedang ber puasa itu ibadah,  namun  jangan dijadikannya sebagai   alasan  u ntuk bermalas-malasan . Terlalu banyak tidur justru  tidak baik bagi kesehatan. Untuk itu, luangkanlah waktu me...

Riview Materi Buku Karya Abdul Hadi WM



Islam dan Sastra Sunda:

Artikulasi Sastra Sufistik Sunda dalam Tradisi Islam Nusantara 

 “Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia” merupakan salah satu buku terbitan Direktorat sejarah dan nilai budaya, Direktorat jenderal kebudayaan, serta Kementrian pendidikan dan kebudayaan yang memuat beberapa penjelasan mengenai peristiwa masa lampau. Pada buku karya Abdul Hadi WM, dkk. ini, terdapat materi Islam dan Sastra Sunda: Artikulasi sastra sufistik dalam tradisi Islam Nusantara. Dalam materi ini penulis ingin mengulas terkait tema umum tentang pengaruh Islam terhadap sastra Sunda. Ia akan lebih memfokuskan pada gambaran umum penyesuaian sastra Sunda dengan kepercayaan Islam, hubungan jaringan tradisi Islam Nusantara dengan perkembangan sastra sufistik Sunda dan jejak sastra Islam Nusantara dalam sastra Sunda seperti tercermin dalam karya Haji Hasan Mustapa. Lebih lanjut, dalam pembahasan penulis memfokuskan pada sosok Mustapa, seorang sastrawan Sunda terbesar penerus tradisi Islam Nusantara dengan berbagai puisi dangding sufistik Sunda. Ia menandai puncak pengaruh mistisme Islam ke dalam sastra Sunda juga secara meyakinkan memberikan contoh sebuah karakter Sunda, pasca polemik seputar eksistensi sastra di kalangan orang Sunda pada paruh akhir abad ke-19 antara sarjana kolonial yang cenderung menafikannya dengan Memed Sastrahadiprawira (1897-1932) yang berusaha membuktikannya.

Selanjutnya terkait pengaruh Islam dalam sastra Sunda. Pada paruh akhir abad ke-19, para sarjana Eropa umumnya menolak kehadiran sastra Sunda. Hal ini dikarenakan banyak yang berpendapat bahwa Sunda hanyalah tiruan puisi Jawa, kurang orisinal, dan memperlihatkan pengaruh Islam yang begitu kental. Hampir setengah abad kemudian, Memed Sastrahadiprawira, seorang sastrawan dan intelektual Sunda, mencoba menyangkalnya. Ia berpendapat bahwa penilaian tersebut menunjukkan ketidakmemadaian pengetahuan sehingga tidak mampu mengapresiasi keindahan sastra Sunda. Lebih lanjut, karena persoalan keterpengaruhan kiranya menjadi salah satu alasan yang menghalangi pandangan sarjana kolonial dalam menilai ada tidaknya literatur dalam tulisan Sunda. Kemudian berkaitan dengan ini tak dapat dipungkiri Islam dan pesantren memiliki peran besar dalam membentuk budaya dan sastra Sunda. Ia tercermin dalam beragam kepustakaan sastra Sunda. Dari mulai cerita pantun yang dianggap sebagai sastra lisan warisan leluhur orang Sunda, mantra, hingga adanya pengaruh Islam pada tradisi Sunda seperti adat nyawer, nadoman atau puji-pujian, saduran cerita, legenda dan syair dari bahasa Jawa atau Melayu ke bahasa Sunda. Kemudian tak berhenti disitu, pada era kolonialisme, sastra dan budaya Eropa mulai berpengaruh terhadap kehidupan sastra Sunda. Saat itu, Belanda mulai memperkenalkan aksara Latin dalam skala luas yang lambat laun semakin menggeser aksara pegon dan Jawa. Kendati demikian, seiring dengan perkembangan zaman, Islam di Nusantara memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sastra Sunda. Tidak hanya melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian secara bahasa dan tema, melainkan juga mempengaruhi tumbuhnya bentuk sastra Islam Sunda yang semula berasal dari khasanah sastra Islam.

Selanjutnya, terkait jaringan Islam Nusantara dan sastra sufistik Sunda. Sudah lebih dari satu dasawarsa yang lalu, tesis jaringan intelektual Islam Nusantara yang terhubung dengan Islam Timur Tengah diterima di kalangan sarjana. Walaupun demikian, gambaran umum jaringan intelektual tersebut belum sepenuhnya menggambarkan apa yang diakui Azra sendiri sebagai proses yang sangat kompleks. Bukan saja saling silang antara tradisi keilmuan dengan afiliasi tarekat di dalam jaringan tersebut, melainkan praktik lokalitas sebagai hasil interpretasi intelektual sesuai dengan pluralitas latar sosial dan budayanya. Berkaitan dengan ini dalam tradisi sastra Sunda, sastra sufistik Sunda berkembang setelah masuknya pengaruh Islam di tatar Sunda pasca jatuhnya Kerajaan Sunda pada 1579. Islamisasi melalui jalur Cirebon dan Banten yang didukung Jawa-Mataram berdampak pada masuknya pengaruh budaya Jawa terhadap tradisi sastra Sunda. Karenanya bisa dipahami bila sastra Sunda tradisional berbentuk dangding atau guguritan dan juga cerita berupa wawacan, awal mulanya merupakan karya sastra Kitab Martabat Tujuh yang ditulis oleh Shaykh Abdul Muhyi. Lebih lanjut, pada umumnya sastra Sunda tradisional seperti dangding banyak dikembangkan oleh kalangan menak Sunda. Namun dari sekian banyak menak Sunda yang menulis dangding, kiranya hanya Mustapa yang sangat kental dengan tradisi sastra sufistik Sunda. Ia menulis lebih dari 10.000 bait puisi sufistik, dan hampir semuanya dibuat dengan bahasa Sunda beraksara pegon.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi Sejarah; Dari Mulai Boom Beach Tuban Hingga Masjid Terkenal di Jawa Timur