5 Resep Minuman Segar dan Unik Untuk Sajian Berbuka Puasa

Gambar
Bulan Ramadhan menjadi  momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam untuk memperbanyak ibadah .  Adanya kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, menjadikan puasa sebagai salah satu aktivitas penting seorang muslim selama Ramadhan nanti. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan kegiatan lain yang dapat membatalkan puasa dimulai ketika matahari terbit di waktu fajar hingga matahari terbenam.  Menahan  lapar dan dahaga  saat berpuasa  seharusnya tidak lagi menjadi kendala bagi  umat Islam .  Agar tidak bosan menunggu waktu berbuka, coba l akukan aktivitas yang bermanfaat  ketika sedang b erpuasa. M enyiapkan sajian berbuka puasa, misalnya. Ya, meski tidur  dalam keadaan sedang ber puasa itu ibadah,  namun  jangan dijadikannya sebagai   alasan  u ntuk bermalas-malasan . Terlalu banyak tidur justru  tidak baik bagi kesehatan. Untuk itu, luangkanlah waktu me...

Wajah Kolonialisme Dalam Sastra (Dialog Sejarah; Historia.id)

 

·        


 

   Pada hari Jumat, 19 Maret 2021 Historia,id mengadakan sebuah dialog sejarah antar beberapa narasumber untuk mengetahui bagaimana wajah kolonialisme di tampilkan didalam karya sastra. Dalam dialog tersebut, Bonnie Triyana selaku pimred Historia.id dan moderator mengatakan bahwa salah satu sejarawan yang menulis sastra dan terkenal ialah Kuntowijoyo. Ia pun berpendapat bahwa seorang sejarawan seringkali mengambarkan masa lalu menggunakan arsip-arsip yang ada. Hal inilah yang kemudian membuat hasil tulisan tersebut terlihat garing karena tidak adanya spirit, dan jiwa penulis di dalamnya. Terlebih lagi seorang sejarawan dan sastrawan teramat beda. Karya dari seorang sejarawan umumnya monoton dan tidak berani masuk ke perasaan. Sementara karya dari seorang sastrawan terlihat jauh lebih menarik karena di dalam sastra ada keleluasaan untuk menggambarkan hal itu.

1.      Bagi seorang sejarawan tidak ada salahnya untuk menyelami jiwa zaman, spirit, dan sebuah era bagaimana manusia dahulu bertarung, berperang, kalah, menang dengan cara membaca novel karya-karya sastra yang terbit pada masa itu atau karya sastra mengenai masa itu.

2.      Ada beberapa poin yang menggambarkan tentang situasi pada masa kolonial di Hindia Belanda. Pertama, adanya pembagian atau pengelompokan orang berdasarkan rasnya; kedua, adanya diskriminasi golongan; ketiga, adanya pengisapan atau eksploitasi terhadap beberapa sektor yang dapat menguntungkan pihak Belanda; dan keempat, ialah terbentuknya satu masyarakat Indis-Belanda yang mana ada orang yang tetap tinggal dan ada yang hanya bekerja kemudian balik ke Belanda.

3.      Iksaka Banu salah satu narasumber dalam dialog tersebut berpendapat bahwa untuk mengetahui dan menghadirkan suasana zaman kolonial dalam cerita dan karyanya ialah dengan cara membaca buku-buku Hindia zaman dahulu atau prosa perjalanan, juga dilengkapi dengan membaca novel yang diterbitkan atau ditulis oleh penulis pada masa itu. Selain itu, cara untuk dapat menampilkan wajah kolonialisme dalam sastra atau fiksi sejarah dapat dilakukan dengan cara; dramatisasi yakni melebih-lebihkan cerita. Juga cara penggunaan latar yang ada, kejadian yang pernah terjadi namun menambahkan tokoh-tokoh fiktif di dalamnya.

4.      Widjajanti D. seorang peneliti imagologi, menerangkan bahwa ada beberapa penulis prosa naratif Indis-Belanda tahun 1880-1950 diantaranya sebagai berikut; Boeka; Orang Indo dan Cina di Kebun Kopi pada tahun 1901; Justus Van Maurik; Indrukken Van Een ‘totok’ pada tahun 1897; M.T.H Perelaer; Perdagangan Opium pada tahun 1886; dan W. Van Rees; Perang Memusnahkan Kongsi Pendulang Emas di Kalbar pada tahun 1881.

5.      Salah satu karya sastra zaman dahulu yang di tulis oleh Delilah menggambarkan wajah kolonialisme mengenai betapa kejamnya para pekebun Eropa. Delilah memiliki suami yang bekerja di Perkebunan Tembakau. Hal inilah yang membuatnya dapat menceritakan kejadian apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu. Dalam ceritanya, kekejaman para pekebun Eropa terhadap bawahannya tidak hanya dilakukan oleh orang Belanda melainkan juga orang Swiss hingga Jerman. Sebagai seorang atasan, para pekebun melakukan tindak kekerasan kepada kaum kuli yang tidak giat bekerja. Mereka di pukul hingga meninggal dan kemudian dikubur di tengah hutan. Dalam novel ini pula hierarkinya bukan di dasarkan pada diskrimasi etnis melainkan diskriminasi ras. Makin putih maka makin tinggi statusnya dan makin gelap maka makin rendah pula statusnya. Diskriminasi tersebut harus dilakukan sebagai alat untuk melindungi pimpinan asing terhadap kaum kuli terutama Cina yang bisa saja mengancam keselamatan mereka ketika sedang mengamuk.

6.      Joss Wibisono seorang penulis cerita juga salah satu narasumber dalam dialog tersebut berpendapat bahwa, perbedaan sejarah sebagai non fiksi dan sejarah sebagai Fiksi adalah dalam fiksi (sejarah tidak harus urut kronologinya namun yang terpenting ialah bagaimana kita bisa merasakan suasana atau kondisi masa itu).

7.      Sejarah dalam karya sastra harus bisa menjelaskan bagaimana kondisi Indonesia dan Belanda yang sebenarnya. Sebab kebanyakan karya sastra Belanda menulis tentang keadaan orang-orang Belanda itu sendiri waktu Hindia Belanda dan bukan penjelasan mengenai bagaimana keadaan orang Indonesia itu sendiri.

8.      Memahami peristiwa pada masa lalu (khususnya kolonialisme) akan lebih luwes atau leluasa jika diceritakan dalam bentuk sastra. Hal ini dikarenakan dalam sastra tidak adanya metode penelitian khusus seperti dalam penelitian sejarah (menceritakan peristiwa masa lampau).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi Sejarah; Dari Mulai Boom Beach Tuban Hingga Masjid Terkenal di Jawa Timur