5 Resep Minuman Segar dan Unik Untuk Sajian Berbuka Puasa
Alkisah,
diceritakan ada seorang
anak yang bernama Odadung. Odadung ini tak hanya anak yang rupawan dan baik
hati, ia juga terkenal di desa tempat tinggalnya. Kalian tahu? Odadung memiliki
hobi melukis sesuatu. Setiap lukisan yang dihasilkan dari tangannya pasti akan
selalu terlihat indah dan menarik. Objek lukisannya pun berbeda tiap harinya,
namun ia lebih memilih melukis benda-benda di sekitar daripada sejenis
binatang, manusia ataupun tumbuh-tumbuhan.
Oh iya, singkat cerita, meskipun
Odadung ini adalah anak yang terkenal, namun tak banyak yang tahu bahwa ia
sangat menyukai benda yaitu Kasur. Di kamarnya sendiri walau terdapat banyak
lukisan benda seperti halnya ikat rambut, tutup botol, gelang karet, wajan,
panci, dan lain lain. Namun sangat disayangkan sekali, ia belum pernah melukis
benda yang menjadi favoritnya itu. Mungkin karena terlalu banyak benda yang ia
lukis, jadi ia bisa saja lupa untuk melukis kasur kesayangannya.
..
Di pagi hari seusai mandi, olahraga, dan sarapan. Odadung bersiap-siap untuk menuangkan hobi melukisnya kembali. Ia teringat bahwa ia belum pernah sekalipun melukis benda kesayangannya yaitu kasur. Beberapa saat setelah menyadari itu, maka Odadung langsung cepat-cepat untuk menyiapkan peralatan lukisnya dan melukis sebuah kasur tanpa pikir panjang. Kemudian di saat Odadung mulai fokus melukis benda kesayangannya, disaat bersamaan rumah Odadung terdapat acara keluarga, sehingga suasana rumah tampak ramai karena banyak orang yang berkumpul. Odadung tidak bisa untuk kembali fokus, ia pun menjadi tidak tenang ditengah-tengah perjalanan melukisnya. Ada saja hal yang mengganggu pikirannya itu, ia selalu kecoret lah, mengulang kembali-lah, mendadak lupa objek lah, dan sebagainya. Hingga akhirnya Odadung memutuskan untuk pergi ke tempat yang lebih sepi.
Hufttt melelahkan......
Mengecewakan sekali karena setiap tempat
yang Odadung temui di manapun itu, tempat tersebut selalu ramai orang dan tak
seperti yang ia harapkan. Padahal, Odadung ini menginginkan tempat yang sepi
dan hening agar bisa fokus melukis benda kesayangannya. Sesaat setelah ia mulai
putus asa, Odadung teringat bahwa di sekitar desa tempat tinggalnya terdapat
hutan yang dikenal “angker” dan tak banyak orang yang berani masuk ke sana. Tak
berpikir panjang lagi, Odadung langsung masuk ke hutan yang angker dan amatlah
sepi itu. Odadung berjalan memasuki hutan sambil menengok ke kanan, kiri,
depan, dan belakang hanya untuk memastikan bahwa ia tidak diikuti oleh siapapun
orang yang akan menggangu pikirannya nanti.
Singkat cerita, betapa terkejutnya
Odadung ketika melihat seorang kakek berbaju putih yang menghampiri Odadung
secara tiba-tiba.
“Hai anak muda, kembali ke rumahmu,
jangan disini!” (perintah sang Kakek).
“Tidak kek, maaf. Saya sudah berusaha
untuk mencari tempat sepi, tapi saya tidak menemuinya selain di hutan ini.
Lebih baik kakek saja yang pergi, saya bukan anak penakut kok kek”. (jawab
Odadung).
“Wah anak muda, apakah kamu tau
bagaimana cerita dari hutan ini hingga dikenal angker?”. (tanya sang Kakek).
“Tau kek. Ibu saya pernah bercerita
bahwa setiap orang yang masuk ke hutan ini pasti akan tersesat dan ia tidak
bisa ditemukan kembali. Ibu pun mengatakan bahwa banyak orang yang meninggal
akibat dimakan binatang-binatang buas penghuni hutan ini. Oleh karena itulah
banyak orang yang tidak mau pergi menginjakkan kaki ke hutan ini, karena konon
ada banyak sekali arwah-arwah penasaran yang bergentayangan. Oh ya, asal kakek
tau? Saya tidak peduli apa kata Ibu atau siapapun tentang hutan ini. Bagi saya
itu hanya mitos. Tujuan saya kesini baik, bukan untuk mengganggu atau merusak
hutan, melainkan hanya ingin melukis di tempat yang sepi, hening, dan tidak ada
orang yang mengganggu”. (jawab Odadung).
“Baiklah nak. Semoga kamu tidak menyesal”.
(sahut sang kakek dan pergi meninggalkan Odadung).
Setelah sang kakek pergi, Odadung
kembali melanjutkan perjalanannya di dalam hutan. Setelah berjalan cukup jauh,
ia memutuskan untuk berhenti tepat berada di tepian sungai dan mulai menuangkan
hasrat melukisnya. Beberapa menit kemudian, saat lukisan kasurnya selesai
sempurna, tiba-tiba Odadung melihat ada sebuah kasur dari arah yang jauh dan ia
langsung lari menghampiri kasur tersebut. Sesaat kemudian setelah sampai,
Odadung menyayangkan sekali karena kasur itu sangatlah kotor dan banyak
dedaunan kering diatasnya. Beberapa detik kemudian, Odadung yang kelelahan
karena berlarian tadi tak begitu memperdulikan betapa kotornya kasur itu,
bahkan ia tidak langsung membersihkannya melainkan berbaring diatasnya. Odadung
tersenyum dan membayangkan bahwa kasur super empuk ini adalah hasil lukisan
cantiknya tadi, hingga perlahan mulai terpejamlah matanya.
Singkat cerita, beruang besar yang lapar
menghampiri Odadung. Odadung tak menyadari kehadirannya bahkan mendengar
hentakan kaki si beruang pun tidak. Odadung terlena dengan empuknya kasur
tersebut hingga akhirnya tubuh Odadung dilahap oleh beruang dan hanya
menyisakan bagian kaki kirinya. Si beruang tidak memperdulikan lagi dan
langsung pergi begitu saja. Alhasil, kasur tersebut tidak hanya sebuah kasur
kotor dengan dedaunan kering, melainkan juga ada potongan kaki kiri milik
Odadung yang masih mengucurkan darah.
Beberapa bulan setelah kejadian itu banyak
warga yang menduga Odadung meninggal karena diterkam binatang buas hingga tidak
satupun tersisa bagian tubuhnya. Oleh sebab itulah, warga desa menjadi semakin khawatir
dan takut untuk sekadar menginjakkan kaki di hutan tersebut.
..
Seperti yang diketahui bahwa nama desa yang dulu ditempati oleh Odadung dan keluarga bernama desa Bang Jago. Desa tersebut terkenal sering mengadakan berbagai kegiatan sosial yang mana kegiatan paling dinantikan warga ialah pasar murah. Pasar murah adalah kegiatan bulanan warga Bang Jago yang menjual beranekaragam kebutuhan keluarga dengan harga miring. Maka tak heran, dalam pasar murah itu banyak sekali penjual dan pembeli saling berinteraksi dan melakukan transaksi salah satunya ialah bu Dududu. Bu Dududu ialah warga asli desa Bang Jago yang tak pernah melewatkan event-event seperti pasar murah ini. Terlebih bu Dududu memiliki hobi berbelanja dan berburu kuliner khas desa tersebut.
Singkat cerita, saat bu Dududu selesai berbelanja, ia teringat bahwa ia memiliki rencana untuk pergi ke toko langganannya tepat di ujung pasar hanya untuk membeli sebuah kasur baru. Bu Dududu sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk membeli sebuah kasur empuk yang baru sebagai pengganti kasur lamanya yang tidak empuk lagi. Beberapa menit kemudian, setelah selesai melakukan transaksi dan pembayaran, bu Dududu dengan senang hati membawa kasur empuknya pulang ke rumah. Sesaat setelah sampai, ia meletakkan kasur tersebut tepat di posisi sebelum kasur lamanya dipindahkan. Kemudian bu Dududu kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.
Seperti yang diketahui bahwa saat bu Dududu pergi ke pasar murah, ia tak hanya membeli sebuah kasur melainkan juga bahan belanjaan lain. Akhirnya bu Dududu meninggalkan kamarnya dan pergi ke dapur untuk mulai memasak. Tak disangka, ketika berada di dapur dan ia sibuk memilah beberapa belanjaannya, bu Dududu teringat bahwa ada satu benda yang tertinggal di dalam kamarnya ketika ia hendak keluar dari kamar tersebut. Benda itu ialah pisau kecil dengan motif bunga berwarna pink kehijauan. Betapa terkejutnya bu Dududu ketika melihat kasur yang baru saja ia beli, tiba-tiba terlihat lusuh disertai tanah kotor basah yang menempel dan dedaunan kering di atasnya. Ia pun kaget bukan kepalang, karena di samping kasur tersebut juga terdapat selimut yang pada saat bu Dududu buka di dalamnya terdapat kaki manusia bagian kiri dan darah yang menempel. Sontak bu Dududu menghindar dan berusaha keluar dari kamarnya.
Sesaat setelah keluar dari pintu kamar, bu Dududu melihat sosok Odadung tepat berada di depannya dan berkata “Di mana kakiku?”. Bu Dududu yang semakin takut itu, menghiraukannya dan lari begitu saja hingga sosok Odadung muncul berulang kali dan menanyakan hal demikian. Hingga kemudian, Odadung marah karena merasa bu Dududu mempermainkannya dan selalu menghindarinya tanpa menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Akhirnya Odadung pun mengambil papan kayu lukis yang saat itu dibawanya dan memukulkan ke kepala bu Dududu hingga ia terjatuh lalu meninggal dunia.
Singkat cerita, setelah kejadian itu warga
desa Bang Jago pun ramai memperbincangkan kasus kematian bu Dududu dan
mengaitkannya dengan kasus kematian Odadung. Terlebih lagi saat para peziarah
hendak memandikan jenazah bu Dududu, ada salah satu peziarah yang menemukan
papan kayu lukis milik Odadung dengan bertuliskan "NO KASUR EMPUK"
berwarna merah menyala. Akhirnya, para warga pun berkesimpulan bahwa alasan kematian bu Dududu tidak lain adalah karena ia sengaja membeli kasur yang empuk sebagai pengganti kasur lamanya. Hal inilah yang kemudian membuat arwah Odadung sang pecinta kasur empuk terus menghantuinya hingga meninggal dunia. Akhirnya, para warga yang mempercayainya pun kemudian beramai-ramai membuang
kasur empuk milik mereka dan membeli kasur tidak empuk untuk menghindari arwah Odadung agar tidak mengalami hal yang sama seperti yang ditimpa oleh bu Dududu.
....
TAMAT
Komentar
Posting Komentar